Rabu, 14 Desember 2011

konsep, variabel, proposisi, asumsi,dan hipotesis dalam penelitian

BAB I
PENDAHULUAN

Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah, namun masalah yang dibawa peneliti baik secara kuantitatif maupun kualitatif berbeda. Dalam  penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus jelas sedangkan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan.
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.
Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti menggunakan berbagai teori untuk menjawabnya.
Jadi teori dalam penelitian kuantitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru menggunakan teori tersebut dinamakan hipotesis, maka hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Suatu penelitian akan dipengaruhi oleh banyaknya variabel dan jenis variabel, dan sebelum menentukan suatu variabel terlebih dahulu harus menetapkan konsep, proposisi dan teori dengan baik, karna nantinya konsep akan dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel





BAB II
PEMBAHASAN

A.  Konsep
Sebelum menentukan suatu variabel penelitian terlebih dahulu peneliti harus menetapkan konsep, proposisi, dan teori dengan baik. Dimana konsep dapat diartikan sebagai gambaran abstrak tentang kejadian, keadaan, dalam suatu kelompok atau individu. Dalam sebuah penelitian terdapat dua macam konsep yaitu:
1.         Konsep yang berhubungan dengan fakta
Adalah suatu konsep yang berhubungan dengan benda-benda kongkrit yang dapat dilihat atau diraba. Sehingga dalam hal ini peluang kesalahan memahami konsep sangat kecil. Misalnya konsep tentang meja. Kursi dan lain-lain
2.         Konsep yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak
Merupakan  suatu konsep yang berkaitan dengan sesuatu yang tidak dapat dilihat, diraba secara fisik tapi hal itu ada. Misalnya hubungan kekeluargaan, EQ, sifat dan lain sebagainya.
Konsep yang berhubungan dengan hal yang abstrak disebut konstruk (construct), dimana konsep abstrak mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu.
B.       Proposisi
Merupakan suatu hubungan yang logis antara dua konsep atau lebih yang dirangkum dalam bentuk kalimat pernyataan. Contohnya “ pengaruh jenis pendidikan terhadap keterampilan mengetik ”. dalam sebuah penelitian terdapat ada dua tipe proposisi yaitu:
1)        Aksioma atau prostulat
Adalah suatu proposisi yang kebenarannya tidak dapat terbantahkan lagi sehingga peneliti tidak perlu menguji kebenaran dari proposisi tersebut.
2)        Teorema
Merupakan suatu proposisi yang dideduksikan dari aksioma , aksioma banyak digunakan dalam penelitian dibidang ilmu-ilmu eksakta, sedangkan dalam penelitian ilmu sosial yang sering digunakan adalah teorema.
C.  Variabel  Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara teoritis variabel penelitian dapat didefenisikan sebagai atribut seseorang atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan orang lain, atau satu obyek dengan obyek lainnya. Variasi juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap,  dan motivasi. Tinggi dan berat badan merupakan atribut dari obyek. Sikap dan motivasi merupakan contoh dari variabel administrasi.
Dikatakan dengan variabel karna ada variasinya, misalnya tinggi badan dapat dikatakan sebagai variabel, karna tinggi badan sekelompok orang bervariasi antara satu dengan orang lainnya, seorang peneliti yang ingin melakukan penelitian haruslah memilih variabel yang memiliki variasi, karna variabel yang tidak ada variasi tidak dapat dikatakan sebagai variabel. Agar dapat bervariasi maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi.
Variabel berbeda dengan data. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, jadi informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.
Berdasarkan pengertian diatas  maka dapat dirumuskan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifatatau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
1.    Macam-macam Variabel
Menurut hubungan antara variabel satu dengan variabel lain maka variabel dapat dibedakan menjadi:
a.       Variabel Independent (bebas)
Variabel  yang disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan variabel bebas. Dan merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat.

b.      Variabel Dependent
Disebut juga sebagai variabel output, kriteria dan konsekuen. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
c.       Variabel Moderator
Variabel yang mempengaruhi (memperkuat/ memperlemah) hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, atau dapat disebut juga dengan variabel bebas kedua .
Motivasi belajar (variabel independen)
Peran guru (variabel moderator)
Hasil belajar (variabel dependen)
 










d.      Variabel intervening
Adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan independen menjadi hubungan yang tak langsung dan tidak dapat diukur. Variabel ini disebut juga dengan variabel antara yang terletak antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
e.       Variabel kontrol
Adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak dipengaruhi oleh vaktor luar yang tidak diteliti, variabel ini biasa digunakan untuk penelitian yang bersifat membandingkan.


Pendidikan SMA & SMK         ( variabel independen)
Naskah, teks, komputer sama (variabel kontrol)
Keterampilan mengetik  (variabel dependen)
 








Untuk dapat menentukan kedudukan dari variabel independen, dependen, moderator, intervening, dan kontrol harus dilihat dari konteks yang dilandasi oleh konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamtan empiris. Untuk itu sebelum seorang peneliti memilih variabel yang akan diteliti  maka perlu dilakukan kajian teoritis, dan melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan diteliti.
Sering terjadi, peneliti membuat rumusan masalah penelitian tanpa melalui studi pendahuluan ke obyek penelitian, sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah yang ingin diteliti tidak menjadi masalah bagi obyek penelitian. Ada baiknya dilakukan studi pendahuluan agar masalah dapat difahami dengan jelas dan dikaji secara teoritis, maka peneliti dapat menentukan variabel-variabel penelitiannya.
D.  Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena secara sisitematis dengan merumuskan hubungan antar konsep.
Teori menurut para ahli adalah :
1.      Neumen (2003)
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
2.      Wiliam Wiersma (1986)
Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.
3.      Cooper dan Schindler (2003)
Teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
4.      Sitirahayu Haditono (1999)
Suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada.
Fungsi teori ada tiga yaitu untuk mejelaskan (explanation), meramalkan (prediction) dan pengendalian (kontol) suatu gejala. Semua penelitian bersifat ilmiah, kaena itu semua peneliti harus berbekal teori. Teori yang digunakan harus sudah jelas karena teor berfungsi untuk memperjelas masalah ang diteliti, sebagai dasar untk merumuskan hiptesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian.
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil peneltian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi jelas dan terarah. Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti mengasai teori yang diteliti atau tidak. 

E.   Asumsi
Asumsi adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti berdasarkan berbagai sumber, yang akan dijadikan dasar untuk membuat hipotesis yang harus dirumskan secara jelas. Dalam penelitian ilmiah peneliti harus memberikan asumsi tentang kedudukan masalahnya, karena asumsi akan menjadi landasan teori dalam laporan hasil penelitian. Asumsi atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Sebelum mengumpulkan data asumsi perlu dirumuskan secara jelas, hal ini disebabkan karena :
1.      Asumsi adalah tempat berpijak bagi masalah yang sedang diteliti.
2.      Asumsi digunakan untuk mempertegas variabel.
3.      Asumsi digunakan untuk menentukan dan merumuskan hipotesis.
Untuk merumuskan suatu asumsi yang baik ada empat hal yang harus dilakukan :
1.      Peneliti harus banyak membaca buku, jurnal, buletin dan hasil penelitian yang ber hubungan dengan masalah yang diteliti.
2.      Mencari informasi dari berbagai sumber.
3.      Berkunjung ketempat yang akan diteliti.
4.      Mengadakan pendugaan, mengabstraksi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

F.   Hipotesis
Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang suatu tingkah laku, gejala-gejala, atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Jadi hipotesis merupakan rumusan jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya dengan data yang dianalisis dalam kegiatan penelitian. Perumusan hipotesis harus berdasarkan fakta yang ditemukan. Fakta yang diperlukan untuk merumuskan hipotesis ada tiga cara, yaitu ;
1.      Memperoleh sendiri dari sumber aslinya
2.      Menafsirkan dari sumber asli
3.      Fakta yang diperoleh dengan jalan menyusunnya dalam bentuk abstract reasoning (penalaran abstrak).
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas. Selanjutnya hipotesis statistik itu ada, bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik.
Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi tidak ada hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh populasi mungkin akan terdapat hipotesis penelitian tetapi tidak akan ada hipotesis statistik. Ingat bahwa hipotesis itu berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji ini dinamakan hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil). Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang handal, sedangkan hipotesis  nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya.
Bentuk-bentuk hipotesis :
a.     Hipotesis Deskriptif
Hipotesis Deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
b.    Hipotesis Komparatif
Hipotesis Komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
c.     Hipotesis Assosiatif
Hipotesis Assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah assosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih.
Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Hipotesis yang abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, tetapi juga sukar diuji secara empiris. Goode dan Hatt (1952: 67-73) menjelaskan ciri-ciri hipotesis yang baik sebagai berikut :
1.    Hipotesis harus jelas secara konseptual
Konsep sedapat mungkin didefinisikan secara operasional. Untuk menjelaskan konsep, definisikanlah konsep itu;
a.    Dengan kata-kata
b.    Dalam operasi tertentu (indeks pengukuran, jenis observasi)
c.    Dengan menghubungkannya pada konsep-konsep lain yang terdapat dalam penelitian sebelumnya.
2.    Hipotesis harus mempunyai rujukan empiris
Hipotesis tidak boleh mengandung konsep-konsep yang merupakan penilaian (value judgements). “Pemuda seharusnya berperan dalam pembangunan” atau “Jika hubungan masyarakat dilakukan dengan baik, maka hubungan masyarakat akan efektif” atau “Manusia bisa dikatakan manusia, jika ia berkomunikasi” adalah contoh-contoh hipotesis yang merujuk pada nilai, bukan pada rujukan empiris. Kata-kata seperti “seharusnya”, “baik”, “efektif” harus dihindari karena lebih mencerminkan sikap daripada gejala empiris.
3.    Hipotesis harus bersifat spesifik
Kita sering kali tergoda untuk membuat hipotesis-hipotesis yang umum karena hipotesis-hipotesis tersebut kedengarannya “hebat” dan mengesankan. Tetapi hipotesis-hipotesis seperti itu tidak dapat diuji. Inilah contoh-contoh hipotesis “besar” yang sukar diuji:
a.    Jika komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan rakyat dilakukan sebaik-baiknya, partisipasi dalam pembangunan akan meningkat.
b.    Bila siaran pedesaan disesuaikan dengan frame of reference pendengarnya, siaran pedesaan itu akan mencapai sasarannya.
Supaya dapat diteliti (researchable), hipotesis-hipotesis “besar” itu harus dijabarkan menjadi subhipotesis-hipotesis. Dalam subhipotesis digunakan konsep-konsep yang sudah sangat spesifik. Subjek, waktu, target, dan hubungan-hubungan dinyatakan secara jelas dan eksplisit.
4.    Hipotesis harus dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada
Teori dan metode bukanlah hal yang bertentangan. Ahli teori yang tidak tahu teknik untuk menguji hipotesisnya tidak akan mampu merumuskan masalah yang diteliti. Sebelum meneliti masalah kita harus mempelajari beberapa teknik yang pernah dipergunakan untuk mengukur faktor-faktor yang diteliti. Kalau mungkin, pelajari juga kritikan terhadap teknik-teknik tersebut. Hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara status sosial ekonomi dengan terpaan media adalah hipotesis yang berguna. Status sosial ekonomi sudah ada indeksnya. Terpaan media sudah ada teknik mengukurnya. Tetapi hipotesis yang menyatakan, “makin tinggi keimanan seseorang, makin terpelihara moralitasnya” sukar diuji. Belum ada teknik yang cermat untuk mengukur keimanan dan moralitas.
5.     Hipotesis harus berkaitan dengan suatu teori
Kriteria ini sering kali luput dari perhatian pemula. Ia cenderung memilih pokok penelitian yang “menarik”, tanpa meneliti apakah penelitiannya dapat menolak, meneguhkan, atau mendukung teori hubungan sosial yang ada. Ilmu baru bersifat kumulatif bila ditegakkan diatas bangunan fakta dan teori yang ada. Ilmu tidak akan berkembang, bila setiap studi merupakan survey yang terpisah. Untuk merumuskan hipotesis yang berkaitan dengan teori jelas memerlukan penelaahan kepustakaan. Hipotesis yang lahir tanpa pengetahuan teoritis tidak lebih tinggi nilainya dari dugaan orang awam. Selain tidak akan mengembangkan ilmu, hipotesis seperti itu tidak akan memberikan kepuasan ilmiah.
BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
Konsep dapat diartikan sebagai gambaran abstrak tentang kejadian, keadaan, dalam suatu kelompok atau individu.
Proposisi merupakan suatu hubungan yang logis antara dua konsep atau lebih yang dirangkum dalam bentuk kalimat pernyataan.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena secara sisitematis dengan merumuskan hubungan antar konsep.
Asumsi adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti berdasarkan berbagai sumber, yang akan dijadikan dasar untuk membuat hipotesis yang harus dirumskan secara jelas.
Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang suatu tingkah laku, gejala-gejala, atau kejadian tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Jadi hipotesis merupakan rumusan jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya dengan data yang dianalisis dalam kegiatan penelitian.


B.       Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya tak luput dari kekhilafan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Dan semoga makalah ini dapat dimanfaatkan dengan baik dan benar.






DAFTAR PUSTAKA

Hartono.2011. Metodologi Penelitian, Pekanbaru: Zanafa Publishing.
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Prasetyo, Bambang. Jannah, Lina Miftahul. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Grafindo persada.
Rakhmat, jalaludin. 1993. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya

pertaksamaan bernouli

Ketaksamaan Bernoulli
Dalam analisis real, Jacob Bernoulli menyatakan bahwa
(1+x)^r\ge1+rxuntuk r\le0\vee r\ge1
Bukti:


Petunjuk: gunakan induksi matematika.

Untuk n=2, maka (1+x)^2=1+2x+x^2\ge 1+2xkarena x^2\ge 0. Jadi benar untuk n=2.

Misalkan benar untuk n=ksehingga (1+x)^k\ge 1+kx.

Akan ditunjukkan bahwa benar untuk n=k+1

(1+x)^{k+1}=(1+x)^k(1+x)\ge (1+kx)(1+x)karena x>-1.

(1+kx)(1+x)=1+(k+1)x+kx^2\ge 1+(k+1)xkarena x^2\ge 0.

\therefore\ (1+x)^{k+1}\ge 1+(k+1)x